Sebelum sampai pada pokok bahasan sikap bahasa, ada baiknya kita memahami dulu pengertian tentang sikap. Apa yang dimaksud dengan sikap?
Pengertian tentang Sikap
Sikap bahasa (language attitude) adalah peristiwa kejiwaan dan merupakan bagian dari sikap (attitude) pada umumnya.
Sebagai gejala kejiwaan, sikap pada umumnya dan sikap bahasa pada khususnya, termasuk gejala yang sifatnya situasional. Atau lebih tegasnya, perilaku seseorang tidak hanya semata-mata ditentukan oleh sikapnya, tetapi faktor-faktor lain juga turut menentukan. Tidak semua sikap tercermin dalam perilaku, sebab sikap hanya salah satu faktor penentu perilaku. Faktor-faktor yang menentukan perilaku antara lain sikap, kebiasaan, dan akibat perbuatan.
Mengenai sikap ini, Triandis (1974:2-4) berpendapat bahwa sikap pada hakekatnya adalah "kesiapan bereaksi" dan mungkin merujuk kepada "sikap perilaku." Agak dekat dengan pendapat Triandis adalah pendapat Fishman dan Agheyisi (1970:138), yang menafsirkan sikap sebagai "kesiapan mental dan syaraf" dan hanya dapat diamati dengan cara introspeksi. Menurut Lambert (1967:91-109), sikap itu terdiri dari tiga komponen, yaitu: komponen "kognitif", komponen "afektif", dan komponen "konatif."
Kognitif bertalian dengan proses berpikir, jadi bersifat mental. Afektif berhubungan dengan perasaan dan nilai, rasa, misalnya rasa senang dan tidak senang, baik dan buruk, suka dan tidak suka, dan sebagainya. Konatif merujuk kepada perilaku atau perbuatan (psikomotor) sebagai putusan akhir kesiapan reaktif terhadap sesuatu keadaan. Melalui komponen konatif inilah biasanya orang mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap keadaan yang sedang dihadapinya.
Apabila antara ketiganya (kognitif, afektif, dan konatif) kebetulan sejalan, maka perilaku memang cenderung menunjukkan sikap.
Dalam penelitiannya, Sugar (1967) memberikan kesimpulan bahwa perilaku itu ditentukan oleh empat faktor utama, yakni: sikap, norma sosial, kebiasaan, dan akibat yang mungkin terjadi. Kebiasaan merupakan faktor yang paling kuat, sedangkan sikap merupakan faktor yang paling lemah. Dengan kata lain untuk menentukan perilaku terhadap empat faktor yang mengambil peran ialah sikap, kebiasaan, norma sosial, dan akibat yang mungkin terjadi. Di antara emapat faktor tersebut yang paling dominan menurut Sugar ialah kebiasaan.
Sikap bahasa cenderung mengacu kepada bahasa sebagai sistem (langue), sedangkan perilaku tutur lebih cenderung merujuk kepada pemakaian bahasa secara kongkret (parole).
Kebiasaan (habits) yang menurut Sugar merupakan faktor penentu yang paling kuat dalam perilaku. Kaba Hockett (1958:137), bahasa tidak lain adalah "sistem kompleks tentang kebiasaan" (a language is a complex system of habits)
Sikap bahasa dapat diamati antara lain lewat "perilaku berbahasa" atau "perilaku tutur." Namun tidak setiap perilaku tutur mencerminkan sikap bahasa.
Menurut Garvin dan Mathiot (1968) sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok, yakni: "kesetiaan bahasa (language loyalty), kebanggaan bahasa (language pride), dan kesadaran akan adanya norma bahasa (awareness of the norm). Kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa merupakan ciri-ciri sikap positif" terhadap suatu bahasa.
Untuk menanamkan sikap setia bahasa, bangga bahasa, dan sadar norma bahasa, Hakim (1978:7) berpendapat bahwa jalan yang harus ditempuh ialah dengan "pendidikan bahasa" yang pelaksanaannya didasarkan atas azas-azas "pembinaan kaidah" dan norma bahasa di samping "norma-norma sosiolinguistik" dan norma-norma budaya.
Menurut Lambert (1967): motivasi belajar bahasa mungkin berorientasi kepada perbaikan nasib yang disebutnya "orientasi instrumental", dan mungkin pula berorientasi kepada "keingintahuan" tentang kebudayaan masyarakat yang bahasanya dipelajari, yang disebut "orientasi integratif." Orientasi instrumental berhubungan dengan bahasa-bahasa yang mempunyai jangkauan luas sebagai alat komunikasi dan banyak dibutuhkan dalam kegiatan hidup. Sedangkan orientasi integratif biasanya terjadi terhadap bahasa-bahasa dari suatu masyarakat yang dipandang tingkat kebudayaannya cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar